Banjir lumpur panas Sidoarjo 2006

Banjir Lumpur Panas Sidoarjo 2006, merupakan kasus menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.

Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur “kebetulan” terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui.

Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman, dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Sealanjutnya bisa dibaca di sini

Mengenang G 30S PKI

SETELAH Orde Baru tumbang, debat tentang G-30-S/PKI seakan tidak pernah berhenti. Ia terus menjadi kontroversi. Tetapi, ada kecenderungan mereka yang semula meyakini PKI menjadi dalang Gerakan 30 September 1965, mulai mengendur. Atau sekurangnya mereka seperti cukup berkata dalam diam. Sementara suara yang menolak atau tak percaya keterlibatan PKI makin nyaring.

Negara juga cenderung bersikap pasif. Kini selama reformasi, misalnya, setiap 30 September tak ada lagi aktivitas negara mengibarkan bendera setengah tiang tanda perkabungan nasional. Para guru di sekolah juga tak lagi segairah dulu menjelaskan kejahatan PKI. Zaman memang telah berubah, juga pandangan-pandangan masyarakatnya tentang hal-hal yang dulu dianggap ‘luar biasa’. PKI kini memang tak lagi dianggap ‘monster’. Ia sebagai ideologi yang dibicarakan biasa-biasa saja.

Sejarah di mana pun memang sering melahirkan perdebatan tiada henti. Ia bisa menjadi amat subjektif tergantung dari mana melihatnya. Karena itu, sering pula batas antara pahlawan dan pengkhianat hanya terpisah oleh batas yang amat tipis, yakni pergantian rezim atau politik. Tetapi, apa pun alasannya, sebuah bangsa mestinya mempunyai sejarah yang ditulis dengan jujur. Dan, inilah wilayah para sejarawan untuk menggarapnya.

Dari berbagai diskusi yang mengemuka dan beberapa buku yang telah ditulis mengenai G-30-S/PKI sekurangnya ada empat kemungkinan yang mungkin terjadi. Pertama, peristiwa itu memang benar-benar didalangi oleh Partai Komunis Indonesia. Argumentasinya, komunisme memang punya tradisi merebut kekuasaan. Terlebih waktu itu partai ini amat kuat hingga mampu menyelusup memengaruhi tentara.

Kedua, merupakan kudeta halus Pak Harto kepada Bung Karno. Untuk memberi legitimasinya, kemudian Soekarno diminta mengalihkan kekuasaan kepada Soeharto lewat Surat Perintah 11 Maret. Sayangnya, benda ini hingga kini masih menjadi misteri, entah di mana disimpan. Atau boleh jadi memang tidak ada.

Ketiga, rekayasa Soekarno yang waktu itu tidak suka kepada para jenderal, terutama jenderal Angkatan Darat. Keempat, keterlibatan lembaga intelijen asing, khususnya Amerika, yakni CIA. Amerika punya kepentingan Soekarno jatuh karena waktu itu sang Presiden dinilai amat dekat dengan poros komunis.

Kini, siapa pun bisa dan boleh meyakini kemungkinan mana yang paling benar. Tapi, sekali lagi, bangsa ini butuh sejarah yang jujur. Sejarah yang jujur akan membuat bangsa ini menjadi kian dewasa dan tidak menjadi beban generasi yang lahir kemudian.

Penguakan misteri G-30-S/PKI bukan untuk meneruskan dendam, tetapi justru agar kita bisa belajar dari masa silam. Belajar dari kesalahan masa silam juga bisa meningkatkan kualitas kita sebagai bangsa.***

10 harus & jangan

10 “Harus” & “Jangan” Agar Tetap Mesra

Adalah wajar saat sedang kasmaran atau di masa bulan madu, semua terasa indah. Tapi tak jarang pula terjadi, setelah itu segalanya terasa hambar.

Padahal, sebuah hubungan yang mesra dan romantis tak selalu bisa dikecap. Ada masa-masa di mana Anda dan pasangan terpaksa bertengkar, tak sepaham, dan sebagainya.

Berikut 10 resep manjur yang bisa membuat hubungan tetap langgeng kendati kadang harus menghadapi ombak besar.

YANG HARUS DILAKUKAN

* Dengarkan pasangan tanpa harus memberi pendapat.
* Percaya dan hargai pasangan.
* Perlakukan pasangan sama dengan Anda.
* Terus bersamanya saat ia sedang emosi. Pasangan mencari pengertian, bukan solusi.
* Teruskan masa pacaran walau Anda sudah terikat dengannya dan terus bersikap romantis.
* Lakukan sesuatu yang menyenangkan dirinya. Wanita tidak terlalu peduli ketika Anda bilang “Aku mencintaimu” atau ketika Anda membelikan perabot baru untuk rumah. Hal kecil yang ia sukai amat besar artinya.
* Hargai setiap kesepakatan yang Anda buat bersamanya.
* Mendorong dan memberi jalan dalam ia mencapai tujuan hidupnya.
* Cari apa yang pasangan sukai dan lakukan itu berdua dengannya.
* Katakan “Maaf” saat melakukan sesuatu yang Anda sesalkan dan menyakiti pasangan, baik sengaja maupun tidak.

JANGAN LAKUKAN

* Tidur dalam keadaan marah pada pasangan.
* Mencoba memberikan nasihat dan solusi ketika pasangan hanya menginginkan Anda untuk mendengarkannya.
* Berpura-pura mendengarkannya padahal pikiran Anda sedang tidak di sana.
* Menyingkirkan pasangan saat Anda butuh pemecahan masalah. Beritahu saja bahwa Anda perlu sendirian, Anda tidak marah dan akan kembali padanya.
* Mengeritik pasangan, terutama penampilannya.
* Membentaknya seolah-olah Anda adalah ayahnya.
* Menelan perkataannya mentah-mentah. Ketika wanita kecewa, mereka cenderung berbicara tegas seperti “Kamu tidak pernah mendengarkan saya!” Padahal, maksudnya pada saat itu saja Anda kurang mendengarkan.
* Membiarkan kecemburuan mangurangi rasa percaya, cinta, dan menghargai.* Melanggar privasinya.
* Melupakan hari-hari penting Anda dan pasangan. ****

Maths of Life

tubuh wanita

13 Bagian Tubuh Wanita yang Dijamin Menggoda Pria

Penilaian pertama pria tentang wanita pastinya tentang fisik. Apa saja yang dilirik pria dan apa saja yang bisa membuat pria tergoda.

Cinta pada pandangan pertama memang bukan basa-basi. Menurut survey, seseorang membuat penilaian fisik tentang orang lain pada 10 detik pertama. Empat menit selanjutnya, orang akan membuat penilaian tentang hal-hal lainnya.

Dilansir datingsas, Jumat (8/6/2006), pria-pria buka mulut soal bagian mana dari tubuh wanita yang membuat mereka tergoda. Hasilnya, bisa dipelajari para wanita untuk memikat para pria. Ini dia bagian tubuh wanita yang akan membuat wanita tergoda, berdasarkan urutannya.

1. Tubuh Atletis

Pria menyukai wanita yang bertubuh atletis karena dalam pandangan mereka pasti wanita tersebut mampu menjadi ibu yang baik. Dengan tubuh yang fit, si wanita tentu akan mampu menjalani hari-harinya sebagai ibu dan mengerjakan berbagai tugas rumah tangga. Wanita bertubuh atletis juga diyakini mampu melindungi dirinya dari bahaya

2. Payudara Padat Berisi

Bagi para pria, payudara wanita paling indah ada pada rentang usia awal 20 tahunan. Favorit mereka adalah payudara padat berisi persis yang ada di majalah-majalah pria atau iklan-iklan pakaian dalam.Jika Anda tidak memiliki payudara padat berisi jangan sedih dulu. Menurut hasil penelitian, pria menyukai payudara tanpa mempedulikan bentuknya.

Tidak masalah apakah payudara tersebut berukuran kecil ataupun besar, pria pasti tertarik pada payudara wanita.Satu lagi fakta tambahan mengapa pria menyukai payudara wanita adalah karena di sekitar puting wanita ada bagian bernama aerola. Pada saat berhubungan seks, aerola akan mengeluarkan bau yang menggoda pria. Itu lah sebabnya, pria senang bermain-main dengan payudara ketika berhubungan seks.

3. Kaki Jenjang

Ketika seorang wanita beranjak remaja, kaki mereka akan bertambah jenjang. Nah, di mata pria, kaki yang panjang menandakan kedewasaan wanita.

Banyak wanita berkaki panjang menyadari kelebihan tersebut. Biasanya mereka menggunakan sepatu hak tinggi atau rok mini untuk semakin menonjolkan keseksian kakinya.

Pria juga senang ketika wanita menggunakan hak tinggi. Sepatu yang mudah bikin kaki pegal tersebut menurut pria membuat kaki wanita tambah seksi, membuat bokong dan bagian belakang wanita semakin menarik. Lucunya, ketika masa subur atau menstruasi, wanita secara instingtif merasa ingin menggunakan rok mini atau pakaian-pakaian yang menggoda pria.

4. Pinggang yang ramping

Bentuk tubuh jam pasir sejak dulu menjadi idola wanita. Sejak lima abad silam, wanita berusaha keras mewujudkan bentuk tersebut lewat bentukan korset, diet ketat, sampai operasi plastik.

Semakin segaris pinggul dengan pinggang membuat pria semakin tertarik. Terkesan wanita tersebut banyak menimbun lemak sehingga secara reproduktif kurang subur.

5. Bokong yang bulat

Bokong bulat yang penuh dipastikan membuat mata pria tak bisa berpaling. Bokong wanita memiliki banyak fungsi, seperti menyimpan lemak untuk menyusui dan tempat menumpuk energi untuk saat-saat tertentu. Inilah mengapa banyak orang menganggap semakin besar bokong semakin menarik wanita tersebut.

Zaman dahulu wanita berusaha keras membuat bokongnya terlihat semakin besar. Tapi tidak demikian kini, bokong besar malah seperti menandakan tubuh yang kurang sehat

6. Perut Ramping

Pastinya ini bukan kejutan lagi, perut ramping akan membuat pria jatuh cinta. Mengapa? Pertama, karena jelas perut ramping menandakan wanita tersebut tidak hamil. Lalu apalagi? Menurut para pria perut ramping menandakan wanita tersebut pandai merawat diri dan peduli akan kesehatannya.

Perhiasan di perut, seperti tindik di perut atau rantai di sekitar perut menurut pria membuat perut semakin seksi. Rantai tersebut membuat pinggul wanita tampak lebih besar sekaligus merampingkan pinggang. Itu saja? Tentu tidak, masih ada tujuh hal lagi yang pasti membuat pria langsung jatuh hati.

7. Leher Jenjang

Leher pria umumnya pendek, lebar, dan kokoh. Secara historis, leher semacam itu berguna untuk membawa benda-benda berat, seperti binatang hasil buruan. Nah, karena itu leher jenjang wanita membuat pria terpesona. Leher jenjang dianggap sebagai tanda kewanitaan yang sangat menggoda, membuat pria senang mencium dan menghiasinya dengan perhiasan.

8. Wajah Ramah

Diam-diam pria mengidolakan wanita yang berwajah sedikit kekanak-kanakan dan penuh senyum. Wajah mungil, dagu kecil, rahang yang elegan, tulang pipi tinggi, bibir penuh, dan mata besar merupakan ciri-ciri wajah favorit pria.

Wajah seperti ini membuat pria secara instingtif ingin melindungi dan memberi kasih sayang. Wajah yang lebih muda memang akan membuat pria tergoda. Karena itu tak heran jika jasa facelift dan operasi plastik cukup sering digunakan oleh wanita-wanita yang mulai keriput.

9. Mulut yang Sensual

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang bibirnya berada di bagian luar. Ketebalan bibir wanita sama dengan vaginanya. Kedua bagian tubuh ini akan bereaksi dan dipenuhi oleh aliran darah ketika dalam keadaan terangsang.

Pria menyukai wanita yang berbibir penuh dan sensual. Untuk wanita yang tidak memiliki bentuk bibir demikian jangan khawatir. Dengan bantuan lipstick merah menyala, para pria juga bisa tergoda. Tapi penggunaan make-up yang berlebihan juga berbahaya karena bisa membuat pria-pria berebutan menggoda dan memicu permusuhan dengan wanita lainnya.

10. Daun Telinga

Telinga wanita juga memiliki peran penting dalam menggaet pria. Bagian telinga tempat wanita memasang anting-anting adalah bagian favorit pria. Panjangnya bagian tersebut menurut beberapa pria membuat wanita makin seksi. Beberapa wanita primitif bahkan dengan sengaja memperpanjang bagian tersebut untuk menarik hati pria.

Sekarang wanita sudah lebih pandai untuk mengakali bagian tersebut. Anting-anting model panjang dan menarik perhatian jadi pilihan wanita untuk membantu membuat bagian tersebut terlihat lebih menarik. Tapi hati-hati anting-anting yang terlalu besar malah akan merusak telinga.

11. Mata Besar

Pria umumnya mengagumi mata besar. Karena itu tak heran jika penata rias selalu menonjolkan bagian mata pada tata rias seseorang. Pria bukannya menyukai mata besar wanita tanpa alasan yang jelas. Menurut mereka mata semacam itu membuat para pria merasa terlindungi.

12. Hidung mungil

Secara umum, pria menyukai wajah wanita yang imut seperti anak-anak. Wajah tersebut membuat pria merasa ingin melindungi. Begitu juga dengan hidung, pria sangat menyukai wanita yang berhidung mungil.

13. Rambut Panjang

Sehelai rambut bisa hidup hingga enam tahun, setiap harinya seseorang bisa kehilangan 80-100 helai rambut. Untuk pria bule, rambut pirang dianggap menarik karena wanita terkesan feminim dan subur.

Namun apapun warnanya, pria menyukai rambut yang bersih dan berkilat. Rambut tersebut menandakan wanita tersebut bersih dan rajin merawat diri. Selain bersih, menurut sebuah survey, 75% pria lebih tertarik pada wanita yang berambut panjang.

diambil dari detikhot.com

Kudeta di Thailand

KEKUASAAN Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra akhirnya direbut paksa. Kelompok militer pimpinan Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Sonthi Boonyaratglin, Selasa (19/9/06) malam, mengambil alih kekuasaan PM Thaksin yang tengah berada di New York, Amerika Serikat. Ia berada di negeri itu untuk mengikuti Sidang Majelis Umum PBB.

Pihak militer menguasai seluruh kantor pemerintahan dan sejumlah kantor media massa di pusat kekuasaan, Bangkok, dan sekitarnya. Kabinet, parlemen, senat, konstitusi, dan mahkamah konstitusi dibekukan. Mereka juga membentuk Dewan Reformasi Politik dan menangkap sejumlah pejabat tinggi yang loyal kepada Thaksin, termasuk wakil PM dan menteri pertahanan.

Kudeta itu dilakukan tanpa perlawanan dan terjadi hanya beberapa jam setelah PM Thaksin memecat Jenderal Sonthi dan memberlakukan keadaan darurat. Menurut pihak militer, pengambilalihan kekuasaan itu untuk mencegah agar negara dan bangsa tidak jatuh ke jurang perpecahan dan kehancuran.

Kudeta di Thailand memang bukan hal baru. Di ‘Negeri Gajah Putih’ itu kudeta memang seperti sebuah tradisi. Pada saat politikus tidak becus memerintah dan kebijakannya membahayakan keutuhan negara, pihak militer kerap tampil di garda terdepan.

Namun, kudeta Selasa lalu mengejutkan banyak pihak. Sebab, sudah 15 tahun belakangan ini Thailand terbebas dari kudeta. Pengambilalihan kekuasaan secara paksa oleh militer terakhir kali terjadi pada Februari 1991 saat Jenderal Sunthon Kongsomphong menjungkalkan pemerintahan Perdana Menteri Chatchai Choonhavan.

Sejak itu, apalagi setelah Raja Bhumibol Adulyadej mendesak militer menegakkan demokrasi, kudeta menjadi hal yang tabu. Militer Thailand lantas berusaha menjaga jarak dengan kehidupan politik. Namun, krisis politik yang terjadi hampir setahun ini akhirnya memaksa militer kembali terjun ke arena politik.

Krisis politik di Thailand mulai muncul setelah Thaksin, yang berkuasa sejak 2001, ingin tampil kembali sebagai perdana menteri untuk periode kedua. Meski memenangi Pemilu Februari 2005, partainya–Thai Rak Thai–gagal memenuhi kursi parlemen seperti yang disyaratkan konstitusi. Gelombang unjuk rasa menentang Thaksin mulai menguat sejak Desember 2005.

Krisis politik sempat mereda ketika pada April lalu Thaksin menyatakan mundur dari jabatan PM kendati dia meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2 April 2006. Tapi, pertikaian kembali berkecamuk karena Thaksin ternyata tak melepaskan jabatan PM hingga kudeta Selasa lalu.

Buat kita, bangsa Indonesia, kudeta di Thailand juga sungguh mengejutkan. Di era globalisasi ini, sepantasnya pengalihan kekuasaan pemerintahan dilakukan lewat cara-cara demokratis. Bukan lewat pengambilalihan secara paksa. Tetapi, sepantasnya juga para pemimpin harus membuka mata dan telinga untuk menangkap keinginan dan aspirasi rakyatnya. Bila rakyat menginginkan mundur, mereka harus berani menyatakan mundur ketimbang negara hancur.

Lebaran Topat

TRADISI lebaran tidak hanya sebatas ajang silaturrahmi, tetapi telah tumbuh menjadi ajang rekreasi keluarga, bahkan menjadi salah satu aset daya tarik wisata. Kemasan yang menarik akan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar sehingga lebaran menjadi lebih bermakna.

Sama halnya dengan lebaran ketupat yang diberbagai daerah di Nusantara memiliki kekayaan sesuai kreatifitas masyarakatnya. Momentum sepekan sesudah hari raya Idul Fitri itu menjadi pusat berbagai kegiatan masyarakat.

Tradisi berlebaran menjadi milik masyarakat dari Sabang hingga Merauke, kekayaan tradisi yang berkembang massal dapat menjadi ajang pemberdayaan bagi masyarakat. Sedikit kemasan yang mendapat dukungan dari pemerintah daerah akan menjadi momen penting bagi masyarakat, baik para perantau yang kembali ke kampung halaman maupun masyarakat sekitarnya.

Diawali dengan Idul Fitri yang menjadi puncak tradisi masyarakat Nusantara, diikuti dengan budaya yang sangat kaya akan makna. Di sana terdapat berbagai bentuk ungkapan kasih sayang, silaturrahmi dengan banyak variasi sesuai apresiasi masyarakatnya.

Lebaran Topat merupakan tradisi masyarakat Lombok sejak ratusan tahun silam dan diadakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri diberbagai tempat terutama di Batulayar. Bukan saja objek wisata pantai melainkan berbagai tempat yang memiliki daya tarik sesuai kharakteristik masyarakatnya. Anak-anak muda biasanya lebih menyukai tantangan sehingga memilih objek di gunung-gunung tinggi.

Di hadapan ribuan masyarakat Lombok yang merayakan Lebaran Topat, dia menjelaskan, dzikir dan doa diharapkan dapat memberikan kekuatan sehingga dapat menghadapi permasalahan bangsa yang akhir-akhir ini semakin kompleks.

LEBARAN Topat juga bisa diartikan menjauhkan diri dari nafsu kebendaan dan membersihkan batin dari perbuatan sirik dan dengki setelah nuraninya terjerembab oleh ego dan kemeriahan budaya materi yang semu.

Artinya manusia harus kembali ke fitrahnya, seperti menyeimbangkan kebutuhan materi dengan spiritual. Itu disimbolkan dengan beseraup, biar kotoran yang melekat di wajah dibersihkan oleh air yang digunakan untuk raup tadi, sehingga manusia tidak sakit secara fisik dan mental. Bisa jadi pula ketupat yang berbentuk empat persegi yang menyiratkan asal muasal manusia yang terdiri air, tanah, api dan angin.

Karena itu, pula, dari aspek sosial, Lebaran Topat berarti otokritik dan introspeksi bagi manusia untuk mendapatkan jati diri setelah menempuh perjalanan hidup selama satu tahun. Misalnya melalui komunikasi antarsesama (berjabat tangan sembari bermaafan, saling mengingatkan agar tetap peka terhadap lingkungan. Ibarat sesenggak Sasak, dendek ipuh pantok gong’, (tak usah segan memukul/membunyikan gong). Itu mengajarkan manusia agar mengoreksi diri, di antaranya terbuka terhadap saran dan kritik orang lain.

Kepekaan terhadap lingkungan itu, seperti diucapkan Emi Suhaemi, “Selama ini, usai acara protokoler, ada yang nganget (mengunyah) dan ada yang ngengat (melihat)”. Pengalaman sebelumnya, setelah acara resmi yang dihadiri para pejabat dan undangan lainnya, disuguhkan rupa-rupa hidangan makanan khas, sementara warga sekitar obyek wisata maupun pengunjung lain hanya menonton “orang makan”. Maka setelah melalui pengamatan dan evaluasi, panitia mengundang anak yatim untuk ikut berbagi rasa makanan yang dihidangkan.

Kepekaan sosial yang terus terasah itu setidaknya menghindari timbulnya pengkotak-kotakan jurang kaya-miskin dan aneka perbedaan yang oleh kalangan tertentu suka-suka memprovokasi keberagaman itu untuk tujuan tertentu pula.

Tradisi-tradisi itu terus diimplementasikan sebagian besar rakyat kecil di pedesaan. Agaknya paradoks dengan kehidupan di perkotaan, seperti kalangan eksekutif dan legislatif yang kerap menyuarakan pemberdayaan masyarakat. Justru para elite itulah yang perlu diberdayakan agar tidak mempersoalkan aturan hukum masalah korupsi, kolusi dan nepotisme.

Perang Topat

Dari Tradisi Perang Topat—

Mempertontonkan Keluhuran Budi Manusia ”Tempo Doeloe”

PERANG topat (ketupat) setiap tahun berlangsung di Pura Lingsar, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Upacara baru-baru ini jatuh pada 25 Desember, yaitu saat raraq kembang waru alias gugurnya bunga waru. Acara itu merupakan lambang kerukunan antarumat beragama, khususnya masyarakat Sasak (pemeluk Islam) dan masyarakat etnis Bali (pemeluk Hindu).

Perang topat dimulai pukul 15.45, dan berakhir saat matahari tenggelam. Upacara itu sudah jadi agenda pariwisata. Wanita yang sedang haid tak boleh mengikuti. Sehari sebelumnya ada upacara permulaan kerja atau penaek gawe. Ada lagi acara mendak alias upacara menjemput tamu agung alias roh-roh gaib yang berkuasa di Gunung Rinjani dan Gunung Agung.

Kemudian ada pula penyembelihan kerbau. Ada sesajen berupa jajan sembilan rupa, buah-buahan, dan minuman. Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat menyumbangkan 1.000 ketupat untuk perang-perangan itu.

Komandan Korem 162 Wira Bhakti, Kolonel Iping Soemantri, dipercaya sebagai pelempar pertama ketupat. Setelah itu diikuti para warga. Lempar-lemparan ketupat itu ditingkahi bunyi kul-kul selama sekitar satu jam.

Ketupat itu diperebutkan. Yang belum dilemparkan tak boleh dibawa pulang. Kendati ketupat itu sudah penyok, atau isinya mecotot, tetap dipunguti orang, khususnya petani, untuk dibawa pulang dan ditempatkan di sudut-sudut pematang sawah atau digantung di pohon buah-buahan. ”Topat ini saya tanam dalam sawah biar padi tumbuh subur,” kata Yusuf, petani dari Lombok Tengah.

Kenapa perangkat perangnya tak diganti? ”Ini upacara agraris. Kebiasaan masyarakat agraris adalah mempersembahkan hasil bumi itu sendiri,” kata Lalu Wacana, anggota Dewa Penasihat Krama Adat Sasak, kepada Heri Suparman dari Gatra. Maksud upacara itu adalah untuk mendapatkan berkah dan keselamatan, terutama bagi petani anggota Subak.

Memang perang topat tak lepas dari legenda. Konon di Lombok Barat dulu ada Kerajaan Medain. Raja Medain punya anak bernama Raden Mas Sumilir yang bergelar Datu Wali Milir. Suatu ketika ia menancapkan tongkatnya di tanah Bayan. Saat tongkat itu ditarik, air pun muncrat, melaju deras. Dalam bahasa Sasak, melaju artinya langser atau lengsar. Desa itu pun lalu diberi nama Lingsar.

Entah bagaimana, Sumilir hilang di situ. Atas musibah itu, seisi istana dan warga sedih. Kesedihan itu berlarut hingga dua tahun. Buntutnya, semua orang melupakan urusan kehidupan. Suatu ketika keponakan Sumilir, Datu Piling, menemukan pamannya itu di lokasi mata air tadi. Dalam pertemuan itu disebutkan, kalau mau menemui Sumilir, hendaklah datang ke mata air itu.

Maka Datu Piling pun memerintahkan pengiringnya untuk menyambut pertemuan itu. Ketupat beserta lauknya dipersiapkan. Pertemuan pun terjadi sekitar pukul 16.00. Setelah itu Raden Mas Sumilir kembali menghilang. Tapi sejak Sumilir menghilang kedua kalinya, warga Lingsar
kembali menikmati kemakmuran. Sumber air melimpah, dan siap dipakai mengairi sawah.

Perang ketupat pun lantas dilestarikan sebagai ungkapan rasa syukur, menandai saat dimulainya menggarap sawah. Dan itu patut disyukuri karena, menurut Bupati Lombok Barat, H.L. Mudjitahid, upacara tersebut merupakan lambang kerukunan umat beragama. ”Orangtua kita dulu begitu arif menata kehidupan bersama. Orang Hindu bisa berdampingan dengan orang Islam, dan kejadian itu sudah berlangsung ratusan tahun lalu,” kata Mudjitahid.

Tampaknya kita harus belajar dari tradisi luhur yang dimiliki nenek moyang kita tempo doeloe. Di saat negeri ini diganggu berbagai konflik berbau SARA (suku, agama dan ras), di Lombok justru hidup dan berkembang tradisi perang topat. Sebuah tradisi tahunan yang mempertontonkan kerukunan antarsuku–Sasak (Lombok) dan Bali. Kendati mereka berbeda suku, toh tetap saja bisa melaksanakan hajatan secara bersama-sama. Mereka terlihat nyaman dan penuh kedamaian melaksanakan tradisinya. Seperti apa perang topat itu, dan bagaimana tradisi ini bisa bertahan hingga sekarang?

—————————————

Setiap purnamaning sasih kanem–menurut hitungan panangggalan Bali atau sekitar bulan Desember, di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat dilangsungkan upacara pujawali. Biasanya, yang namanya pujawali, pelaksanaannya dilakukan sepenuhnya oleh umat Hindu. Namun khusus di Pura Lingsar, upacara pujawali setempat dirangkai dengan tradisi perang topat. Sebuah tradisi yang pelaksanaannya didominasi masyarakat suku Sasak–penduduk asli Lombok, bersama masyarakat dari suku Bali yang telah turun temurun bermukim di Lombok.

Perang topat bersamaan dengan upacara pujawali. Prosesinya pun tak bisa dipisahkan dari pelaksanaan upacara tahunan itu. Karena itu, hajatan besar ini dipuput Ida Pedanda (Pendeta Hindu-red). ”Kalau tak ada pujawali, perang topat tak kan dilaksanakan karena perang topat satu rangkaian dengan pelaksanaan pujawali. Prosesi ini tak bisa dipisah-pisah,” kata I Gde Mandia, S.H., Ketua PHDI NTB. Kendati satu rangkaian dengan pujawali, pelaksanaan perang topat didominasi masyarakat suku Sasak yang notabene bukan umat Hindu.

Setelah umat Hindu ngaturang bakti dan ngelungsur amertha, prosesi perang topat mulai dilaksanakan, diawali dengan mengelilingkan sarana persembahyangan–sebagaimana layaknya mepurwadaksina. Prosesi ini dilaksanakan di dalam areal Pura Kemaliq. Sebagian besar pesertanya berasal dari suku Sasak. Tokoh-tokoh dari kedua suku–Sasak dan Bali, turut serta dalam prosesi itu.

Mereka mengitari areal dalam Kemaliq. Sekelompok tarian batek baris–tarian khas sebagaimana layaknya prajurit Belanda tempo doeloe lengkap dengan bedilnya juga beraksi selama upacara itu. Ada juga kesenian tradisional gendang beleq. Purwadaksina dilakukan beberapa kali. Setelah itu, sarana persembahyangan yang dikekelilingkan itu ditaruh pada tempat yang telah disediakan di dalam Pura Kemaliq. Di sini kembali ada prosesi yang dipimpin langsung pemangku dari suku Sasak. Bertepatan dengan roro’ kembang waru (gugurnya bunga pohon waru)–sekitar jam lima sore, perang topat dimulai. Sebagaimana perang, peserta pun tampak seperti layaknya berperang. Namun, bukan saling pukul atau saling tusuk. Yang menjadi ”peluru”, juga bukan peluru asli atau pun batu, melainkan ketupat yang sebelumnya menjadi sarana upacara. Ketupat dilemparkan-lemparkan kepada siapa saja. Tak ada yang cedera.

Dengan penuh kegembiraan, peserta upacara terlibat dalam ”peperangan” yang berlangsung beberapa menit itu. Seusai berperang, ketupat yang dijadikan peluru lalu dipungut kembali oleh peserta untuk dibawa pulang. Ketupat ini diyakini sebagai berkah dan ditebar di sawah-sawah penduduk karena dipercaya dapat menyuburkan tanaman padi.

Sejarah Pura Lingsar

Pura Lingsar dibangun pada masa jayanya kerajaan Karangasem Sasak sekitar tahun 1759. Pura ini dibangun oleh Anak Agung Ngurah yang memerintah Lombok bagian barat ketika itu. Dalam areal pura yang luas ini, terdiri dari empat bangunan pokok, yaitu Pura Gaduh, Kemaliq, pesiraman dan pesimpangan Bhatara Bagus Balian, serta Lingsar Wulon–tempatnya di hulu, juga disebut-sebut menjadi satu komplek.

Ketiga bangunan Gaduh, Kemaliq dan Bhatara Bagus Balian hanya dibatasi dengan tembok besar. Saat pujawali berlangsung, upacara dilaksanakan secara serentak, kecuali pesimpangan Bhatara Bagus Balian, ketiga tempat itu dipuput Ida Pedanda–bahkan di Gaduh–lengkap Siwa-Buddha. ”Ke-empat tempat itu, termasuk di Lingsar Wulon–yang terletak dua ratus meter dari Gaduh, menjadi satu kompleks Pura Lingsar,” kata Gede Mandia.

Sebagaimana pura, kompleks yang dihiasi sejumlah pohon manggis dan nagesari itu merupakan tempat persembahyangan umat Hindu. Nah, di sinilah menariknya, di kompleks pura yang luas itu terdapat Kemaliq–tempat yang sangat disucikan bagi masyarakat suku Sasak–terutama penganut kepercayaan wetu telu.

Konon, tempat itu dibangun sebagai lambang persatuan. Karena itulah, tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam kompleks pura yang luas itu. Kalau toh, posisi Kemaliq–secara geografis lebih rendah dengan Gaduh, bukan berarti Gaduh lebih tinggi, melainkan karena Kemaliq dibangun pada pusat mata air Lingsar. Itu yang menyebabkan, Kemaliq berada lebih bawah dibandingkan dengan Gaduh.

Pada hari-hari tertentu, masyarakat penganut wetu telu banyak mendatangi tempat itu guna melaksanakan persembahyangan. Pemangkunya pun, asli dari suku Sasak. Tak hanya warga dari Suku Bali dan Sasak yang kerap mendatangi tempat itu, warga keturunan pun banyak yang memohon berkah di sana. Maka jadilah Kemaliq, tempat persembahyangan dan memohon berkah bagi siapa saja–tanpa membedakan suku, agama dan ras (SARA).

Siapa saja yang mempercayai dan ingin ”berhubungan” dengan Tuhan di tempat itu, tak pernah dipermasalahkan, sepanjang mentaati aturan di pura tersebut. Karena itulah, Pura Lingsar perwujudan sikap toleran dari penduduk yang beragam suku, agama dan ras, dan sekaligus menjadi simbol pemersatu.

Simbol toleransi, juga dilambangkan dengan aturan tak tertulis, bahwa siapa saja yang datang ke tempat suci itu, tak diperkenankan menghaturkan sesaji dari babi. Jangankan dipergunakan sebagai bebantenan, pemedek yang akan tangkil ke pura tersebut juga tak boleh memakan daging babi.

Gendang Beleq


Go to any festival or ceremony in Central Lombok and you will hear the beat of drums over all else. These big drums are called Gendang Beleq. The big shape and loud sound of the drums characterize the spirit of war, indeed, according to historians, the drums were used to escort soldiers in battle during the eras when Lombok was ruled by kings. Nowadays however the drums are used for more peaceful occasions such as in wedding carnival parades called Nyongkolan and also as a welcome for important guests.

Gendang Beleq is a favourite among music teachers and lovers of ethnic music styles. The Gendang Beleq (Gendang=Drum / Beleq=Big) orchestra is only to be found in Lombok and at times has up to 40 members.

Originally played when moving into battle, the Gendang Beleq nowadays is performed during weddings and various traditional festivals. Its thriving rhythm is rather different from the usual gamelan tones and also involves some dancing techniques whilst playing the Big Drum or the Ceng-Ceng (hand-cymbals). Every village in Lombok has its own Gendang Beleq orchestra wearing colourful uniforms during performances. If you are lucky you will be part of such a performance.

To take part in this elective you should be very open minded and not feel shy since you will be the centre of attention especially in the first days. The whole village will be there to watch. However, after some time everybody will be used to your presence and you will make many new friendships and will have an unforgettable experience.

Peresean



peresean
adalah sebuah upacara tarian kuno yang menunjukkan kembali legenda ratu Mandalika yang daripada melihat dua tunangannya berkelahi sampai mati demi memenangkannya dalam pernikahan, memilih untuk mengambil nyawanya sendiri. Bersenjatakan tongkat rotan, para penari (pepadu) menyerang satu sama lain (saling empok kadu penjalin), mempertahankan sabetan lawannya dengan sebuah tameng dari kulit sapi (dan sejenisnya).

Sebagaimana hubungannya dengan sejarah, tarian itu juga sebagai permintaan kepada Tuhan untuk menurunkan hujan pada musim tanam yang pada zaman kuno dulu percaya bahwa semakin banyak darah tertumpah maka kemungkinan hujan akan semakin nyata.

Pada saat ini perlombaan peresean sering diadakan rata-rata di setiap daerah di Lombok. Terkadang diadakan lomba antar Kabupaten dan kecamatan. dan biasanya lomba presean ini diiringi oleh music gamelan.